Entri Populer

Jumat, 01 April 2011

PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 1 HU’U DOMPU TAHUN PELAJARAN 2009/2010


PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI
 MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP
DI SMP NEGERI 1 HU’U DOMPU TAHUN
PELAJARAN 2009/2010







Diajukan kepada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


OLEH
SRI ERNA MULIAWATI
06 241 224






JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM

2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan diartikan sebagai proses bantu yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar dapat tumbuh dan berkembang menuju arah kedewasaan melalui proses belajar mengajar (Purwanto, 1997). Oleh karenanya pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan dari berbagai ilmu pengetaahuan, karena pendidikan yang dikualitas dapat meningkatkan kecerdasan suatu Bangsa. Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan Nasional yang ikut membutuhkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan. Dalam rangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat Indonesia (Purwanto, 1997).

 
Tujuan pendidikan nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan berdasarkan atas pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Hamalik, 2010).
 Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka perlu diperhatikan mutu pendidikan, sedangkan mutu sendiri dapat dilihat dari keberhasilan yang diraih oleh seorang siswa selama mengikuti kegiatan belajar mngajar. Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat diukur berdasarkan tingkat daya serap terhadap pengetahuan yang diberikan melalui suatu kegiatan evaluasi.
Semakin tinggi hasil yang diperoleh siswa dalam kegiatan evaluasi, maka prestasi siswa juga semakin baik, demikian sebaliknya hasil yang rendah menandakan prestasi  belajar siswa juga rendah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat bloom dalam Nasution (2006), yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan indikator yang paling dipercaya bagi mutu pendidikan, terutama bagi pencapaian tujuan dan kegiatan belajar mengajar.
Terwujudnya tujuan pendidikan Nasional tersebut di atas, perlu dilakukan berbagai upaya pendekatan pembelajaran dengan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar siswa. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembelajaran, guru dapat memilih dan menentukan pendekatan dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, keadaan siswa, sarana dan prasarana sekolah ataupun lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses belajar mengajar karena adanya interaksi antara guru dan murid, dimana guru dan murid merupakan dua komponen terpenting. Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Linkungan merupakan salah satu tempat atau wahana untuk digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena dapat menumbuhkan minat, dan merangsang mereka untuk berbuat serta membuktikannya. Hal ini sangat baik dan cocok dilakukan dalam proses belajar mengajar, baik mata pelajaran fisika maupun pelajaran lainnya
Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran diarahkan agar siswa dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima di kelas dengan pengamatan langsung di alam dan lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya dapat dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran fisika kelas VII SMPN 1 Hu’u Kab. Dompu bahwa pemanfaatan lingkungan dalam proses pembelajaran fisika belum pernah diterapkannya, akan tetapi guru cenderung menggunakan metode konvesional yaitu metode ceramah, sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dan dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti termotivasi dan tertarik mengadakan penelitian dengan judul tentang pengaruh pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran karena pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran sangat tepat dan sesuai dengan materi-materi yang ada dalam fisika, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami tentang materi-materi tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan “Bagaimanakah pengaruh pemanfaatan lingkunngan sekitar sebagai Media pembelajaran fisika terhadap prestasi belajar siswa kelas VII Semester Genap di SMPN 1 Hu’u Kab. Dompu Tahun pelajaran 2009/2010?”.
1.3  Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran fisika terhadap prestasi belajar siswa kelas VII semester genap di SMPN 1 Hu’u Kab. Dompu Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1  Manfaat Teoritis
a.   Sebagai bahan masukan bagi guru, untuk dipertimbangkan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran. Oleh karena hasil penelitian merupakan bukti secara ilmiah
b.  Menambah wawasan keilmuan peneliti dan pembaca yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran.
1.4.2 Manfaat praktis
a.   Hasil penelitian ini sedapat mungkin menjadi alasan rekomendasi untuk memanfaatkan lingkungan sebagai mediah pembelajaran.
b.  Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lainnya untuk dapat mengangkat masalah yang berkaitan dengan penelitian ini sekaligus dapat dijadikan bahan kajian untuk mengembangkan model pembelajaran baru dalam pembelajaran.
1.5  Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian bertujuan untuk membatasi penelitian yang dibahas dan untuk memperlancar proses pelaksanaan, yaitu:
1.5.1  Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri I Hu’u Kab. Dompu tahun pelajaran 2009/2010.
1.5.2  Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa melalui pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri I Hu’u Kab.Dompu tahun pelajaran 2009/2010.
1.5.3 Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilakukan di SMP Negeri I Hu’u.
1.6  Definisi Operasional
Hal-hal yang perlu dijelaskan tentang beberapa istilah-istilah penting dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.6.1 Lingkungan sebagai Mediah Pembelajaran
Menurut Sudjanah dan Ahmad (2009) dinyatakan bahwa” lingkungan sebagai dasar pengajaran dalam faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting”. Berkaitan dengan penelitian lingkungan adalah alam sekitar yang merupakan salah satu tempat atau wahana untuk digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
1.6.2 Media Pembelajaran Lingkungan
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsa pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.
Media pembelajaran lingkungan dalam penelitian ini adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentuk dari objek atau pengamatan ilmiah terhadap sesuatu terhadap sesuatu yang ada disekitas sebagai bahan pengajaran siswa.
1.6.3 Prestasi Belajaran
Djamarah (1994) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar dalam penelitian adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan yang telah dilakukan yang dapat dilihat dari nilai  hasil tes evaluasi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Lingkungan
Lingkungan adalah suatu gejala alam yang ada di sekitar kita, dimana terdapat interaksi antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Linkungan mengediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap linngkungan. Dalam proses. Interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tinngkah laku. Hamalik (2010) dalam teorinya” kembali kealam” menunjukkan betap pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik.
Lingkungan (invironment)  sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting (Hamalik, 2010). Lingkungan yang ada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber belajar (Arsyad, 2009). Lingkungan tersebut meliputi:
1.    Masyarakat disekeliling sekolah.
2.    Lingkungan fisik di sekitar sekolah.
3.      Bahan-bahan yang tersisah aatau tidak dipakai dan bahan-bahan bekas dan bila di olah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat Bantu dalam belajar.
4.     

 
Peristiwah alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Menurut Ahmad dan Sudjanah (2009) menyatakan bahwa lingkungan sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Berkaitan dengan hal tersebut yang dimaksud dengan penelitian ini adalah alam sekitar yang merupakan salah satu tempat untuk digunakan sebagai media pembelajaran proses belajar mengajar.
2.2  Media pembelajaran lingkungan
Pada dasarnya proses pembelajar tidak  hanya dapat di lakukan melalui tatap muka antara guru dan siswa, dimana guru menyampaikan materi kemudian siswa mendengarkannya melainkan ada beberapa cara yang sesuai khusus agar siswa mampu menerima materi dengan baik. Untuk itu perlu sebuah terobosan baru untuk memudahkan siswa menerima materi dan juga memudahkan guru dalam menyampaikan materi media pembelajaran.
Dalam hal ini pembelajaran sangat berkaitan dengan pemakaian media terutama pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran karena ilmu fisika tidak lepas lingkungan yang ada di sekitar kita. Secara harfiah kata media mempunyai arti “pengantar” association for education communication (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses pengaluran informasi.
Sedangkan   Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar,serta dapat mempengaruhi efektivitas program instructional (Usman, 2008)
Media adalah alat yang menyanmpaikan atau mengantarkasn persan-pesan pembelajaran (arsyad, 2009).  Seorang guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/pengajaran. Pengetahuan tersebut menurut Hamalik (2004) adalah:
1.  Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
2.  Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
3.  Penggunaan media dalam proses belajar mengajar.
4.  Hubungan antara metode mengajar dengan metode pendidikan.
5.  Nilai dan manfaat media pendidikan.
6.  Memilih dan menggunakan media pendidikan.
7.  Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
8.  Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan.
9.  Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan. Karena itu media pendidikan sangat penting sekali untuk menunjang pencapaian tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Jadi media pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan ilmiah terhadap sesuatu yang ada di sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka. Dengan adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini guru berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya (Hamalik, 2010).
Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini diarahkan agar siswa dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima dikelas dengan pengamatan langsung di alam. Karena siswa juga merasa jenuh belajar di kelas yang pembelajarannya hanya mengacu pada teori-teori dengan  penyampaian materi pelajaran dengan metode ceramah. Sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini bias di jadikan sebagai cara atau alternative bagi guru untuk mndidik siswa. Selain keterangan di atas peristiwa alam juga bias dijadikan sebagai sumber belajar atau pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran seperti ;banjir, gempa bumi, letusan gunung api, gerhana, pasang surut air laut. Kepala sekolah hendaknya menyarankan kepada seorang guru agar senantiasa kreatif dalam mencari sumber belajar, supaya siswa tidak terlalu jenuh belajar di kelas. Langkah- langkah yang perlu diperhatikan menurut Usman (2008) antara lain:
1.      Menyelidiki lingkungan sekitar, mencari hal-hal yang di usahakan dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
2.      Membuat perencanaan proses belajar mengajar berdasarkan topik yang dipilih.
3.      Mengorganisasi siswa secara berkelompok atau secara individu sesuai dengan kebutuhan.
4.      Menjelaskan kepada siswa tentang tugas yang diberikan.
5.      Memberikan tugas kepada kelompok atau individu.
6.      Mendiskusikan hasil kerja yang diperoleh.
7.      Menyimpulkan hasil kerja.
8.      Menilai kerja siswa,dan
9.      Tindak lanjut yang diperlukan.
Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar mengajar  Sudjana dan Ahmad (2009 ) yakni:
1.      Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
2.      Hakekat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
3.      Bahan-bahan yang dapat di pelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.
4.      Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemostrasikan, menguji fakta.
5.      Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari biasa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain- lain, dan siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing  dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan .
Selain itu untuk memanfaatkan lingkungan harus memenuhi beberapa syarat tertentu di antaranya :
1.      Harus sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran.
2.      Dapat menarik perhatian siswa.
3.      Hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
4.      Dapat mengembangkan keterampilan anak berinteraksi dengan lingkungan.
5.      Berhubungan erat dengan lingkungan siswa, dan
6.      Dapat mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa.
Menurut Hamalik (2004), memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan, antara lain:
1.      Menghemat biaya, karenaa memanfaatkan benda-benda yang telah ada dilingkungan.
2.      Memberikan pengalaman yang riil kepad siswa, dan pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.
3.      Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasi langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristuwa serupa dalam kehidupan sehari-sehari.
4.      Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
5.      lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa,dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).
Prestasi dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan kita menyimpan berbagai jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran.


2.3  Prestasi Belajar
prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar dalam penelitian adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan yang telah dilakukan yang dapat dilihat dari nilai  hasil tes evaluasi (Djamarah, 1994).  Arifin (2005)  menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan yang telah dilakukan.
 Prestasi belajar merupakan gambaran dari keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar secara keseluruhan. Dengan demikian prestasi belajar merupakan perubahan-perubahan yang dicapai oleh seseorang. Perubahan-perubahan tersebut kemudian diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan (Usman dan Setawati, 2001 ).
Setelah menelusuri pengertian prestasi belajar diatas, maka dapat di ambil pengertian yang cukup sederhana mengenai prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar merupakan sesuatu penghargaan yang di berikan di  bidang akademik sebagai kebutuhan sehingga siswa berusah seoptimal mungkin untuk mem peroleh penghargaan berupa penilain yang dapat dinyatakan dalam angka atau pernyataan.
Belajar adalah suatu aktivitas yang di lakukan secara sadar untuk menciptakan sejumlah kesan dari bahan yang telah diajari (Djamarah, 1994), belajar adalah motivasi atau memperteguh kelakuan yang di dapatkan melalui pengalaman (Hamalik, 2010). Sedangkan Usman dan Setiawati (2001) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku pada individu berkat interasi antara individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungan.  
Dalam ilmu keguruan belajar dikatakan sebagai segenak kegiatan dan aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menyakibatkan perubahan pengetahuan atau kemahiran yang bersifat perpanen (Roestyah, 2008). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang mana perubahan sebagai hasil dari proses belajar yang dapat di tunjukkan dalam berbagai bentuk sebagai perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kebiasaan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Sudjana, 2009). Pada hakikat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2010). Dengan demikian belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan melalui ranah kognitif, efektif, dan psikomotorif. Artinya perubahan sebagai hasil belajar harud terlihat atau tercermin dari penambahan pengetahuan, perbaikan sikap dan peningkatan keterampilan.
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun di luar dirinya (eksternal). Prestasi yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor tersebut (Setiawati, 2001).
Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yang dikemukakan oleh Usman dan Setiawati (2001) yaitu :
a.  Faktor Intenal
Faktor internal  adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dal lain sebagainya. Faktor  ini berwujud juga sebagai  kebutuhan dari anak itu. Faktor internal masih dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1.      Faktor jasmaniah, yaitu faktor yang bersifat bawaan atau yang diperoleh yang berhubungan dengan keadaan jasmani anak misalnya kesehatan dan cacat tubuh.
2.      Faktor psikologis, baik bersifat bawaan maupun diperoleh, seperti:
a.       Faktor entelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.
b.      Faktor intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penguasaian diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun physie. 

b.  Faktor Eksternal 
Faktor Eksternal  dapat dipahami sebagai unsur-unsur yang terdapat disekitar  subjek. Faktor  eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri pribadi anak itu sendiri. Faktor eksternal dapat dikelompokan menjadi:
1.      Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkunga sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan  kelompok
2.      Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3.      faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, dan fasilitas belajar.
4.      lingkungan spiritual atau keagamaan.

2.4  Kerangka Berpikir     
Belajar dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri siswa dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku (Slameto, 2003). Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi belajar adalah pendekatan dalam pembelajaran. Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajar ini diarahkan agar siswa dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima di kelas dengan pengamatan langsung.
Media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran perasaan dan kemajuan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadina proses belajar mengajar  (Ahmad, 2005). Dari berbagai macam media pembelajaran terdapat satu media yakni dengan pemanfaatan lingkungan. Jadi media pembelajaran  lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentu dari objek atau pengamatan ilmiah terhadap sesuatu yang ada disekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di lingkungan mereka.
Salah satu keuntungan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa, karena dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah, dapat memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa, dan pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik, serta melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
2.5 Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian adalah “Jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris” (Riyanto, 2001). Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa Hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto, 2002).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah pernyataan/Jawaban yang bersifat sementara atau permasalahan penelitian sampai terbukti kebenarannya.  
1.      Hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan ada pengaruh atau  adanya hubungan antara dua kelompok atau variabel.
2.      Hipotesis Nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya pengaruh atau hubungan antara dua kelompok atau variabel.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis mengajukan Hipotesis Alternatif (Ha) yang berbunyi “Diduga Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran fisika dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 1 Hu’u Kab. Dompu tahun pelajaran 2009/2010”.
Sedangkan Hipotesis Nihil (Ho) berbunyi “Diduga Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran fisika tidak dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa VII semester genap di SMP Negeri 1 Hu’u Kab. Dompu tahun pelajaran 2009/2010’’.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang sistematis, logis dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam penelitian eksperimen peneliti memanipulasi suatu kondisi eksperimen kemudian mengobservasi pengaruh yang di akibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi (Riyanto, 2001).
3.2  Pendekatan penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dimana data yang diperoleh berbentuk kalimat, kata atau gambaran sedangkan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan data yang di peroleh berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003)
Dalam peneitian ini yang termasuk data kualitatif adalah data yang di peroleh dari hasil observasi kegiatan belajar siswa sedangkan data kuantitatif adalah data yang di peroleh dari hasil belajar siswa.
3.3  Tempat dan Waktu
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan di SMPN I Hu’u  Dompu pada siswa kelas VII Semester II Tahun pelajaran 2009/2010.


3.3.2  Waktu Penelitian
   Pelaksanaan  penelitian ni telah dilakukan bulan Maret tahun 2010.
3.4   Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan yang berlangsung tentang hal-hal yang dilakukan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample terdiri dari dua kelas yakni kelas kontrok dan kelas eksperimen. Pembelajaran eksperimen dengan pemanafaat lingkungan sebagai media pembelajaran. Sedangkan untuk kelas kontrol diajarkan tampa menggunakan model pembelajaran yang sesuai atau menggunakan metode ceramah saja. Pada kedua kelompok diberikan pos test (tes akhir). Hasil pos test yang diberikan untuk  mengetahui perbedaan kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajarinya setelah pembelajaran. Hasil tes evaluasi tersebut dianalisis dan dibandingkan untuk mengetehui adanya perbedaan terhadap pemahaman materi pembelajaran pada kedua kelompok tersebut.
3.5   Populasi dan Sampel
3.5.1  Populasi
Populasi merupakan sekumpulan dari individu sejenis yang menepati suatu ruang dan waktu tertentu. Populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Jadi populasi dapat diartikan sebagai seluruh individu (siswa) yang akan diteliti. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang terdiri atas 5 kelas VII A sebanyak 30 siwa, kelas VII B sebanyak 32  kelas VII C sebanyak 30, kelas VII D sebanyak 37, dan kelas VII E sebanyak 30, sehingga totalnya sebanyak 159 orang siswa.
3.5.2  Sampel
Menurut Arikontu (2002), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, yang dimaksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi subjek penelitian. Apabila sampelnya kurang dari 100 orang. Lebih baik di ambil semua sehingga merupakan studi populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 orang, dapat di ambil 10-15% atau 20-25% aatau lebih (Arikunto, 2002).
Teknik pengambilan sampel digunakan secara Random Sampling  yaitu melakukan undian terhadap anggota populasi untuk mencari jumlah sampel yang diinginkan (Arikunto, 2002). Jadi sampel dari penelitian adalah kelas VII.C sebagai sampel eksperimen dan kelas VII.A sebagai sampel kontrol.
3.6  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang di butuhkan, karena teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian karenaa data-data yang diperoleh selanjutnya akan di olah (Sugiyono, 2003).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


3.6.1  Tes Hasil Belajar Siswa
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana tertentu (Arikunto, 2002). Untuk memperoleh data prestasi belajar siswa melalui evaluasi yang di berikan setelah kegiatan belajar mengajar pada setiap proses pembelajaran.
3.6.2  Tes Evaluasi Belajar
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penembatan skor angka (Haryono, 2005). Ahli lain menyatakan bahwa tes adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa (Slameto, 2003).
Instrumen berupa tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi siswa tes. Prestasi belajar yang biasa digunakan disekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes standar yang biasanya sudah disediakan dan terjamin keampuhanya. jadi tes yang dipergunakan dalam penelitian adalah tes tulis dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 20 yang diperoleh dari buku fisika SMP kelas VII. 
3.7   Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2003). Dengan penelitian peneliti menggunakan instrumen penelitian bertujuan untuk mendapatkan data-data dalam penelitian. Bila unstrumen yang lama ada persediaan di lembaga pengukuran dan penilaian, maka peneliti harus menyusun  sendiri, mulai dari merencanakan, menyusun, mengadakan uji coba dalam merevisi. Setelah diuji ternyata instrumen belum baik, maka perlu diadakan revisi sampai benar-benar diperoleh instrumen yang baik.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:         
3.8  Uji Instrumen
Untuk mendapat alat ukur yang sahih dan terandalkan, maka tes yang telah dibuat berdasarkan kaidah penulisan soal selanjutnya perlu diuji cobakan. Dan hasi uji instrumen akan diperhitungkan secara kuantitatif. Uji coba instrumen meliputi uji validitas dan relibilitas dengan cara sebagai berikut:
3.8.1  Uji Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat diguanakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas alat ukur dapat dihitung menggunakan rumus korelasi produk moment dengan angka kasar (Arikunto. 2002) yaitu:
Keterangan:
       = Validitas tes
X         = Skor item
Y         = Skor total
N         = Jumlah  sampel
XY = jumlah hasi perkalian variabel  X dan Y
   = Jumlah Nilai Variabel X
    = Jumlah Nilai Variabel Y
= Jumlah Kuadrat Variabel X
  = Jumlah Kuadrat Variabel Y
= Jumlah nilai X yang dikuadratkan
= Jumlah nilai Y yang dikuadratkan
Setelah diperoleh harga   kemudian dikorelasi dengan  tabel produk moment dengan interval kepercayaan 95 % jika  hitung <  tabel  maka soal tersebut dikatakan  valid.
Validitas suatu tes menyatakan dengan angka korelasi koefisien (r). kriterial korelasi koofisien adalah sebagai berikut:
      0,00-0,20  Sangat rendah (hampir tidak ada korelasi)
      0,20-0,40  Korelasi  rendah
      0,40-0,70  Korelasi cukup  
      0,70-0,90  Korelasi tinggi
      0,90-1,00  Korelasi sangat tinggi  (sempurna).


3.8.2  Uji Realibilitas
Untuk mencari rebialitas soal keseluruhan tes menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Arikunto, 2002):
………………………………………………(2)
Keterangan:
          =  Relliabilitas    instrumen
n          = Banyaknya item
s2         = Standar deviasi dari tes (standar deviasi dari akar varians)
P          = Proporsi subyek, yang menjawab item betul.
q          = Proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1-p)
= Jumlah hasil  perkalian antara p dan q (Arikunto, 2002)
Kriterial reliabilitas soal:
0,00 – 0,20 (r sangat rendah)
0,20 – 0,40 (r rendah)
0,40 – 0,60 (r sedang)
0,60 – 0,80 (r tinggi)
0,80 – 1,00 (r sangat tinggi) (Arikunto, 2006).
3.8.3  Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
Uji  tingkat kesukaran butir soal adalah bilangan yang menunjukkan atau tidaknya suatu soal untuk menentukan taraf-taraf kesukaran butir soal digunakan rumus (Arikunto, 2006).
   …………………………………………………………………..(3)
   Keterangan:
               P : Indeks  kesukaran
               B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar 
               Js : Jumlah seluruh siswa
Kriterial tingkat kesukaran :
 Soal  P = 0,00– 0,30  termasuk soal sulit
Soal  P = 0.30 – 0,70 termasuk soal sedang
Soal  P = 0,70 – 1,00 termasuk soal mudah
Soal yang baik memiliki taraf kesukaran 0,30 – 0,70 (Arikunto, 2002)
3.8.4  Uji Daya Beda Soal
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2002).
      …………………………………………………………...(4)
      Keterangan:
      D         = Daya beda butir soal
      JA        = Banyaknya peserta kelompok atas
      JB        = Banyaknya peserta kelompok bawah
      BA       = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar
      BB       = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
     


Kriterial untuk mengetahui daya beda butir soal:
1.      Jika  D = 0,00 – 0,20 adalah item yang jelek
2.      Jika  D = 0,20 – 0,40 adalah item yang cukup
3.      Jika  D = 0,40 – 0,70 adalah item yang baik 
4.      Jika  D = 0,70 – 1,00  adalah item yang baik  sekali
Soal yang baik memiliki daya beda 0,40 - 0,70 (Arikunto,2002)
3.8.5 Fungsi pengecoh (Distractor)
              Fungsi pengecoh soal dapat ditentukan apakah berfungsi dengan baik atau tidak dilihat dari pola jawaban soal. Pengecoh yang tidak sama sekali dipilih  oleh peserta tes (Tester) berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok  menyesatkan. Sebaliknya sebuah pengecoh (Distractor) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang memahami bahan. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.
3.9  Teknik  Analisis Data
3.9.1  Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas di gunakan rumus:  
           ……………………………(5)

Data dikatakn  homogen apabila Hasil Fungsi yang di proleh  di konsultasikan dengan Ftabel dengan dk pembilang  ( n1 – 1 ) dan dk penyebut ( n2 – 1) pada taraf kesalahan 5 % jika Fhitung < Ftabel , maka data kedua kelompok tersebut adalah homogen. Tapi jika Fhitung > Ftabel  maka data kedua kelompok tersebut adalah tidak homogen ( Sugiyono, 2003).
3.9.2  Uji Normalitas
           Pengujian normalitas data prestasi belajar mempergunakan analisis Chi-Kuadrat X2﴿. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak.
Untuk uji normalitas di gunakan rumus ( Sugiyono, 2003):
……………………………………………………..(6)
Keterangan :
      = chi-kuadrat
   fo     =  frekuensi pengamatan
   fh     = frekuensi harapan

3.9.3  Uji Hipotesa (uji-t)
           Untuk uji hipotesis digunakan rumus t-test dengan polled varian (Sugiyono, 2003):
       …………………………..(7)
      Keterangan :
           = Nilai rata-rata kelompok kontrol
           = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
           = kuadrat standar deviasi kelas eksperimen
 = kuadrat standar kontrol
  = jumlah sampel kelas eksperimen
 = jumlah sampel kelas kontrol
Jika thitung > ttabel maka, hipotesis nol (Hol) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Sebaliknya, jika thitung < ttabel maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak (Arikunto, 2002).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes hasil belajar konsep gerak lurus siswa kelas VII SMPN 1 Hu’u Dompu tahun pelajaran 2009/2010. Tes hasil belajar tentang konsep gerak lurus diberikan baik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Kelas kontrol yaitu kelas yang diajarkan tanpa memanfaatkan lingkungan sekitar, sedangkan kelas eksperimen adalah kelas yang diajarkan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Data hasil evaluasi belajar siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1. Ringkasan Data Hasil Evaluasi Siswa kelas eksperimen dan kontrol.
Aspek Ditinjau
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
  Jumlah Siswa
30
30
Nilai Rata-rata
74
68,5
Ketuntasan Belajar
93,33%
66,67%
Nilai Terendah
55
50
Nilai Tertinggi
90
85
Jumlah Siswa Yang Tuntas
28
20
Tidak Tuntas
2
10

30
 
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil evaluasi menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus statistik uji-t pada taraf signifikan 5 % , dengan syarat jika nilai thitung > ttabel maka hipotesis yang diajukan diterima, sebaliknya jika thitung < ttabel  maka hipotesis yang diajukan ditolak.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 2,14 sedangkan ttabel diperoleh dari distribusi t (lampiran 25) pada taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Dengan demikian maka thitung > ttabel (perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23). Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar konsep gerak lurus kelas eksperimen dengan kelas kontrol.  Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan diterima yaitu “Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran fisika dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas VII semester genap di SMPN 1 Hu’u Dompu tahun pelajaran 2009/2010”. 

4.2   Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prestasi belajaran fisika dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pada pembelajaran konsep gerak lurus siswa kelas VII SMPN 1 Hu’u Dompu tahun pelajaran 2009/2010.  Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 74 dengan ketuntasan yang dicapai yaitu 93,33% dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 68,5 dengan ketuntasan yang dicapai yaitu 66,67% (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18 dan 19). Dengan demikian, pemanfaatan lingkungan sebagai media lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran fisika, khususnya pemahaman konsep gerak lurus
Tingginya hasil yang diperoleh siswa dikelas eksperimen karena adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media, sehingga siswa diberikan keleluasan untuk mengembangkan diri dengan mengamati dan menemukan sendiri secara langsung di lingkungan nyata berbagai jawaban atas persoalan-persoalan tentang gerak lurus yang dihadapinya dan memungkinkan siswa lebih fokus mengikuti pembelajaran, sehingga kemampuan dan pemahaman siswa lebih optimal.
Disamping itu, adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya, mengakibatkan adanya kegiatan belajar yang lebih menarik dan tidak membosankan sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Secara statistik diperoleh nilai t hitung = 2,14, sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikan 5% adalah 2, 00. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel.  Dengan demikian, maka pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran fisika dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas VII semester genap di SMPN 1 Hu’u Dompu tahun pelajaran 2009/2010.


BAB V 

PENUTUP


5.1   Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran fisika terhadap prestasi belajar siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 1 Hu’u Kabupaten Dompu tahun pelajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis nilai rata-rata siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 74 dengan ketuntasan yang dicapai yaitu 93,33%, dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 68,5 dengan ketuntasan yang dicapai adalah 66,67%.

5.2   Saran     

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat di ajukan beberapa saran, antara lain :
1.      Guru dalam mengajarkan konsep gerak sebaiknya lebih mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran.
2.      Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk menguji keunggulan dari pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar